Senin, 21 Maret 2011

Memukul Nyamuk


Dahulu ada seorang yang membantu orang lain mencuci baju sebagai nafkah hidupnya. Karena hidupnya susah rambutnya rontok dengan cepat, sehingga menjadi gundul.
Pada suatu hari tukang cuci ini membawa anaknya pergi ke sungai mencuci pakaian, setelah sampai di pinggir sungai mulai mencuci pakaian, setelah mencuci habis semua pakaian sudah tengah hari, mereka berdua lalu berkemas-kemas hendak pulang ke rumah.
Pada saat itu adalah musim panas, di tengah hari matahari sangat terik, karena telah bekerja mencuci pakaian setengah hari, kedua tangannya menjadi pegal, kakinya menjadi lemas, pinggangnya sakit, tubuhnya terasa lelah semuanya. Ditambah musim panas matahari sangat terik, membuat seluruh pakaiannya basah kuyup oleh keringat, lalu dia mencari sebatang pohon yang rindang, menghamparkan plastik tempat pakaian diatas tanah dibawah pohon merebahkan tubuhnya yang lelah ingin beristirahat sebentar, angin sepoi-sepoi membuat dia segera tertidur nyenyak.
Karena musim panas banyak nyamuk berkeliaran, ada seekor nyamuk terbang kearahnya, hinggap diatas kepalanya yang gundul mulai menggigit dan mengisap darahnya.
Anaknya sangat menyayangai orang tuanya, dia adalah seorang pemuda yang sangat berbakti, pada saat ini dia melihat nyamuk tersebut menggigit dan mengisap darah bapaknya, dia menjadi marah, dengan telunjuknya dia menunjuk kepada nyamuk dan memaki, “Hai bajingan busuk, engkau sungguh berani menggigit dan mengisap darah bapakku, saya akan menghajar engkau!”
Dia bermaksud memukul nyamuk itu dengan tangannya, tetapi kemudian berubah pikiran: memakai tangan memukul sangat ringan, menguntungkan nyamuk ini! Sambil berpikir demikian lalu dia mengambil kayu untuk mencuci pakaian, membidik dengan tepat nyamuk yang berada diatas kepala bapaknya, mengangkat kayu dengan sekuat tenaga memukul ke arah nyamuk ini.
Akhirnya nyamuk ini segera terbang, tidak  kena, tetapi bapaknya karena kepalanya dipukul dengan sekuat tenaga dengan kayu mati seketika.
Memukul nyamuk cukup dengan telapak tangan, hasilnya sudah akan sangat bagus, dengan kayu malahan hasilnya akan meleset. Oleh sebab itu ketika kita membuat sebuah keputusan melaksanakan sebuah hal, bukan dengan kekerasan dapat menyelesaikan persoalan, kita harus dengan bijaksana melihat masalah dan mencari jalan yang paling aman menyelesaikan masalah tersebut. (Erabaru/hui)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar